Warga Larangan Tokol Belum Mendapatkan Bantuan Air Bersih
PAMEKASAN - Kekeringan yang melanda tiga dusun, Dusun Rombasan, Dusun Tengah, Dusun Kebun Sareh, Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, membuat warga marah. Kemarahan itu dilampiaskan kepada sejumlah wartawan yang datang mengambil gambar ke lokasi pengambilan air, di sebuah sumur tua di Dusun Rombasan, Rabu (29/10/2014).
Sulaihah, salah satu warga Dusun Rombasan mengaku kesal dirinya hanya difoto dan direkam video. Namun sampai sekarang tidak pernah ada bantuan air. Padahal warga lebih membutuhkan air daripada difoto.
"Kalau tidak mau bantu air, tidak usah difoto-foto terus, Pak," kata perempuan paruh baya ini.
Namun beberapa saat kemudian, Sulaihah meminta maaf setelah mendapat penjelasan wartawan. Bahkan ia terlihat sumringah karena sejumlah wartawan akan membelikan air untuk warga tiga dusun yang sudah tiga bulan mengalami kekeringan dan krisis air bersih.
"Untuk mendapatkan air, warga di sini menunggu dua hari. Itupun jerigennya yang harus antre," ujarnya.
Bahkan, warga pernah terlibat perkelahian karena jerigennya dipindahkan lebih maju dari jerigen lainnya yang sudah lebih lama antre. Air yang diperoleh pun hanya dibatasi sesuai kesepakatan bersama.
"Satu sumur di sini dipakai 13 rumah. Setiap dua jam sumur hanya mengeluarkan 25 liter air. Jadi harus bergiliran dan antre berjam-jam," ungkapnya.
Sunnah, warga lainnya mengaku, air yang didapatkan di sumur tersebut sudah keruh. Air baru bisa dipakai jika sudah diendapkan selama tiga jam di rumahnya.
"Air di sini sangat mahal. Satu tanki Rp 80.000, tapi lebih baik (uang) dibelikan beras saja," ujarnya.
Warga pun harus menghemat penggunaan air. Misalnya air yang sudah digunakan untuk mencuci beras, masih digunakan untuk mencuci piring dan alat-alat dapur lainnya.
Sebenarnya, di Desa Larangan Tokol, ada anggota DPRD Jawa Timur yang sudah dua periode menjabat. Bahkan dia memiliki mobil tanki sendiri. Namun, warga sampai saat ini belum pernah merasakan bantuan air dari wakil rakyat tersebut.
"Entahlah, saya tidak habis pikir. Hanya saat mau mencalonkan diri saja yang melihat warga, tetapi saat warga sengsara seperti ini tidak terlihat," kata Sunnah. KOMPAS.com
Sulaihah, salah satu warga Dusun Rombasan mengaku kesal dirinya hanya difoto dan direkam video. Namun sampai sekarang tidak pernah ada bantuan air. Padahal warga lebih membutuhkan air daripada difoto.
"Kalau tidak mau bantu air, tidak usah difoto-foto terus, Pak," kata perempuan paruh baya ini.
Namun beberapa saat kemudian, Sulaihah meminta maaf setelah mendapat penjelasan wartawan. Bahkan ia terlihat sumringah karena sejumlah wartawan akan membelikan air untuk warga tiga dusun yang sudah tiga bulan mengalami kekeringan dan krisis air bersih.
"Untuk mendapatkan air, warga di sini menunggu dua hari. Itupun jerigennya yang harus antre," ujarnya.
Bahkan, warga pernah terlibat perkelahian karena jerigennya dipindahkan lebih maju dari jerigen lainnya yang sudah lebih lama antre. Air yang diperoleh pun hanya dibatasi sesuai kesepakatan bersama.
"Satu sumur di sini dipakai 13 rumah. Setiap dua jam sumur hanya mengeluarkan 25 liter air. Jadi harus bergiliran dan antre berjam-jam," ungkapnya.
Sunnah, warga lainnya mengaku, air yang didapatkan di sumur tersebut sudah keruh. Air baru bisa dipakai jika sudah diendapkan selama tiga jam di rumahnya.
"Air di sini sangat mahal. Satu tanki Rp 80.000, tapi lebih baik (uang) dibelikan beras saja," ujarnya.
Warga pun harus menghemat penggunaan air. Misalnya air yang sudah digunakan untuk mencuci beras, masih digunakan untuk mencuci piring dan alat-alat dapur lainnya.
Sebenarnya, di Desa Larangan Tokol, ada anggota DPRD Jawa Timur yang sudah dua periode menjabat. Bahkan dia memiliki mobil tanki sendiri. Namun, warga sampai saat ini belum pernah merasakan bantuan air dari wakil rakyat tersebut.
"Entahlah, saya tidak habis pikir. Hanya saat mau mencalonkan diri saja yang melihat warga, tetapi saat warga sengsara seperti ini tidak terlihat," kata Sunnah. KOMPAS.com
Post a Comment