Pengrajin Batik Tak Se-Mujur Pengusaha Batik
Pamekasan: Pernyataan Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan Dan Pariwisata Pemkab Pamekasan Jhon Jualianto yang mengatakan transaksi penjualan batik pamekasan dalam setiap minggu mencapai Rp. 2 Miliyard sampai Rp. 3 Miliyard, tak selaras dengan kondisi yang dialami sejumlah pengrajin batik Kabupaten Pamekasan.
Pengrajin batik justru mengeluhkan rendahnya ongkos pembuatan batik yang sangat rendah serta sulitnya pemasaran batik Pamekasan, karena minimnya akses promosi penjualan. Sementara pemerintah lebih banyak menggaet pengusaha batik yang sudah mapan. Sehingga, yang untung selalu pengusaha batik, dan pengrajin batik justru buntung.
Salah satunya dikeluhkan, Zainiyah pengrajin batik asal Dusun Arsojih Desa Pangendingan Galis Pamekasan yang mengaku hanya mendapat ongkos yang kecil dalam pembuatan batik tulis asli Kabupaten Pamekasan.
ongkos pembuatan batik dalam 1 lembar batik sangatlah kecil. yakni mulai harga Rp. 3000 dan paling tinggi Rp. 15 ribu. Ongkos batik Rp. 3 ribu pekerjaanya tidak terlalu rumit, dan setiap harinya bisa mencapai 4 lembar batik, atau mendapat ongkos sekitar rp. 12 ribu. Semntara penjualan batiknya bisa mencapai Rp. 100 ribu hingga Rp.150 ribu perlembar.
Untuk yang harga Rp. 15 ribu membutuhkan waktu lama, paling tidak membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk menyelasaikan pembuatan batik. Adapun harganya bisa mencapai Rp. 250 ribu hingga Rp. 500 ribu rupiah setiap lembarnya.
Ia berharap pemerintah bisa membuat regulasi dan membuat kesepakatan antara pengrajin dan pengusaha batik. Minimal menaikkan harga ongkos pembuatan batik. Sehingga, pengrajin batik juga bisa mengeyam manisnya batik madura.
Ketua Komie Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pamekasan Nuoer Faisal meminta pemerintah untuk merespon keinginan para pengrajin batik tersebut. sehingga, batik madura yang dielup-elukan karena memiliki nilai sejarah yang tinggi tersebut, tidak hanya dirasakan pengusaha. Pengrajin juga haru bisa mencicipi manisnya harga batik Madura
Faisal juga mendesak pemerintah agar tidak hanya mempromosikan kain batik milik pengusaha kelas kakap saja, batik milik pengrajin juga dibawa untuk dipromosikan ke mata dunia. Sebab, selama ini pemerintah terkesan hanya mempromosikan batik milik pengusaha. Sehingga, pengusaha semakin untung, sementara pengrajin semakin bunting.
Jhon Julianto Kadisporabudpar menyatakan batik pamekasan saat ini tengah naik daun di mata nasional. Sehingga, tidak salah apabila tranksasi batik tersebut mencapai Rp. 3 miliyard.
Artinya, apabila dikalkulasi selama satu bulan transaksi batik Pamekasan kemungkinan bisa mencapai Rp.12 Miliyard. lalu apakah transaksi batik tersebut, sepenuhnya juga dari pengrajin batik, atau milik pengusaha batik. (afa/kkbj)
Pengrajin batik justru mengeluhkan rendahnya ongkos pembuatan batik yang sangat rendah serta sulitnya pemasaran batik Pamekasan, karena minimnya akses promosi penjualan. Sementara pemerintah lebih banyak menggaet pengusaha batik yang sudah mapan. Sehingga, yang untung selalu pengusaha batik, dan pengrajin batik justru buntung.
Salah satunya dikeluhkan, Zainiyah pengrajin batik asal Dusun Arsojih Desa Pangendingan Galis Pamekasan yang mengaku hanya mendapat ongkos yang kecil dalam pembuatan batik tulis asli Kabupaten Pamekasan.
ongkos pembuatan batik dalam 1 lembar batik sangatlah kecil. yakni mulai harga Rp. 3000 dan paling tinggi Rp. 15 ribu. Ongkos batik Rp. 3 ribu pekerjaanya tidak terlalu rumit, dan setiap harinya bisa mencapai 4 lembar batik, atau mendapat ongkos sekitar rp. 12 ribu. Semntara penjualan batiknya bisa mencapai Rp. 100 ribu hingga Rp.150 ribu perlembar.
Untuk yang harga Rp. 15 ribu membutuhkan waktu lama, paling tidak membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk menyelasaikan pembuatan batik. Adapun harganya bisa mencapai Rp. 250 ribu hingga Rp. 500 ribu rupiah setiap lembarnya.
Ia berharap pemerintah bisa membuat regulasi dan membuat kesepakatan antara pengrajin dan pengusaha batik. Minimal menaikkan harga ongkos pembuatan batik. Sehingga, pengrajin batik juga bisa mengeyam manisnya batik madura.
Ketua Komie Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pamekasan Nuoer Faisal meminta pemerintah untuk merespon keinginan para pengrajin batik tersebut. sehingga, batik madura yang dielup-elukan karena memiliki nilai sejarah yang tinggi tersebut, tidak hanya dirasakan pengusaha. Pengrajin juga haru bisa mencicipi manisnya harga batik Madura
Faisal juga mendesak pemerintah agar tidak hanya mempromosikan kain batik milik pengusaha kelas kakap saja, batik milik pengrajin juga dibawa untuk dipromosikan ke mata dunia. Sebab, selama ini pemerintah terkesan hanya mempromosikan batik milik pengusaha. Sehingga, pengusaha semakin untung, sementara pengrajin semakin bunting.
Jhon Julianto Kadisporabudpar menyatakan batik pamekasan saat ini tengah naik daun di mata nasional. Sehingga, tidak salah apabila tranksasi batik tersebut mencapai Rp. 3 miliyard.
Artinya, apabila dikalkulasi selama satu bulan transaksi batik Pamekasan kemungkinan bisa mencapai Rp.12 Miliyard. lalu apakah transaksi batik tersebut, sepenuhnya juga dari pengrajin batik, atau milik pengusaha batik. (afa/kkbj)
Post a Comment