Warga Pamekasan Punya Tradisi Unik Untuk Meminta Hujan
Pamekasan, 24/10 - Warga di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, mempunyai tradisi unik dalam meminta turunnya hujan, mengingat saat ini telah terjadi kemarau panjang dan kekeringan di berbagai wilayah itu.
Tradisi itu dikenal dengan nama Okol, dimana tradisi tersebut merupakan pertandingan mengadu kekuatan otot dan dimaksudkan untuk meminta hujan. Dalam tradisi itu dua seorang pria bertarung saling menjatuhkan (Gulat) di medan laga yang dipenuhi debu.
Seperti yang digelar oleh warga Desa Akkor Dejeh, Kecamatan Palengaan pada Jumat (24/10/14) siang, puluhan warga dari tujuh kecamatan di Pamekasan ikut berpartisipasi pada penyelenggaraan Okol tersebut.
Salah satu panitia Rosidi mengatakan, kegiatan itu digelar sebagai tradisi untuk meminta hujan, sebab saat ini kemarau panjang telah membuat wilayahnya kekeringan.
Selain itu, kata dia, tradisi okol itu untuk lebih merekatkan hubungan persaudaraan antara sesama warga dari berbagai kecamatan yang ada di wilayah itu.
"Tradisi ini kami gelar untuk minta hujan, selain itu juga untuk merekatkan hubungan persahabatan wrga antar kecamatan," katanya.
Dalam pertarungan Okol itu, ada beberapa aturan yang yang harus diptuhi oleh setiap peserta, diaman setiap peserta tidak diperkenankan untuk memakai baju, tidak diperbolehkan memukul, baik menggunakan tangan maupun organ lainnya.
Dalam pertandingan itu, peserta dinyatakan kalah bila dijatuhkan oleh lawannya dengan cara dibanting, sehingga setiap pemain harus mempunyai teknik khusus agar terus bisa berdiri dan tidak jatuh. Pemain tidak hanya mengandalkan otot tetapi juga menggunakan otak untuk bisa menang.
Selain itu, ada pengadil pertandingan (wasit) yang menilai dan menjadi penenagah dalam setiap laga Okol tersebut, sehingga pertandingan benar-benar adil dan tidak ada kecurangan. Baiasanya yang menjadi wasit itu adalah tokoh masyarakat sekitar.
Pemenang dalam pertandingan itu, akan mendapatkan beberapa hadiah, tergantung dari kekuatan keuangan dari penyelenggara acara tradisional itu, jika yang menyelenggarakan adalah orang kaya maka hadiahnya bisa mencapai jutaan rupaih. "Untuk hadiah yang disediakan sekarang kecil-kecilan mas, seperti kaos, rokok, air meneral, dan lainnya," paparnya.
Meskipun demikian, peserta dari tradisi itu selalu membludak setiap tahunnya, sebab para peserta tidak hanya mengejar hadiah, tetapi menjadi peserta dalam ajang Okol itu mempunyai kebanggaan tersendiri.
Untuk diketahui, kegiatan Okol tersebut merupakan kegiatan kesenian tradisional yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam dan terus berlangsung hingga saat ini, dan kegiatan tersebut digelar rutin setiap setahun sekali, dan digelar setiap kemarau panjang melanda wilayah itu.(EA/MM) (Media Madura)
Tradisi itu dikenal dengan nama Okol, dimana tradisi tersebut merupakan pertandingan mengadu kekuatan otot dan dimaksudkan untuk meminta hujan. Dalam tradisi itu dua seorang pria bertarung saling menjatuhkan (Gulat) di medan laga yang dipenuhi debu.
Seperti yang digelar oleh warga Desa Akkor Dejeh, Kecamatan Palengaan pada Jumat (24/10/14) siang, puluhan warga dari tujuh kecamatan di Pamekasan ikut berpartisipasi pada penyelenggaraan Okol tersebut.
Salah satu panitia Rosidi mengatakan, kegiatan itu digelar sebagai tradisi untuk meminta hujan, sebab saat ini kemarau panjang telah membuat wilayahnya kekeringan.
Selain itu, kata dia, tradisi okol itu untuk lebih merekatkan hubungan persaudaraan antara sesama warga dari berbagai kecamatan yang ada di wilayah itu.
"Tradisi ini kami gelar untuk minta hujan, selain itu juga untuk merekatkan hubungan persahabatan wrga antar kecamatan," katanya.
Dalam pertarungan Okol itu, ada beberapa aturan yang yang harus diptuhi oleh setiap peserta, diaman setiap peserta tidak diperkenankan untuk memakai baju, tidak diperbolehkan memukul, baik menggunakan tangan maupun organ lainnya.
Dalam pertandingan itu, peserta dinyatakan kalah bila dijatuhkan oleh lawannya dengan cara dibanting, sehingga setiap pemain harus mempunyai teknik khusus agar terus bisa berdiri dan tidak jatuh. Pemain tidak hanya mengandalkan otot tetapi juga menggunakan otak untuk bisa menang.
Selain itu, ada pengadil pertandingan (wasit) yang menilai dan menjadi penenagah dalam setiap laga Okol tersebut, sehingga pertandingan benar-benar adil dan tidak ada kecurangan. Baiasanya yang menjadi wasit itu adalah tokoh masyarakat sekitar.
Pemenang dalam pertandingan itu, akan mendapatkan beberapa hadiah, tergantung dari kekuatan keuangan dari penyelenggara acara tradisional itu, jika yang menyelenggarakan adalah orang kaya maka hadiahnya bisa mencapai jutaan rupaih. "Untuk hadiah yang disediakan sekarang kecil-kecilan mas, seperti kaos, rokok, air meneral, dan lainnya," paparnya.
Meskipun demikian, peserta dari tradisi itu selalu membludak setiap tahunnya, sebab para peserta tidak hanya mengejar hadiah, tetapi menjadi peserta dalam ajang Okol itu mempunyai kebanggaan tersendiri.
Untuk diketahui, kegiatan Okol tersebut merupakan kegiatan kesenian tradisional yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun silam dan terus berlangsung hingga saat ini, dan kegiatan tersebut digelar rutin setiap setahun sekali, dan digelar setiap kemarau panjang melanda wilayah itu.(EA/MM) (Media Madura)
Post a Comment