Header Ads

stop peredaran rokok ilegal

18 Tahun Lumpuh, Anak Ini Bermandikan Air Mata

Miftahol Arifin saat berusaha memeluk anaknya, Nurul Amamah
Pamekasan, 15/11- Jarum jam sudah menunjukkan pukul 14.30 WIB, saat sejumlah wartawan mendatangi rumah yang terletak di Dusun Tacempa, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan. Jumat (14/11/14).

Di rumah tua dengan ukuran 4x4 yang sudah nampak retak dan kumuh itu, terdapat seorang remaja puteri Nurul Amamah (20) namanya, anak itu sudah 18 tahun lumpuh, tidak hanya itu, ia tidak bisa mengenali anggota keluarganya dan hanya berbaring ditempat tidurnya.

Saat sejumlah wartawan tiba, rumah itu nampak sepi, beberapa saat kemudian Miftahor Arifin (60), yang merupakan ayah anak Malang itu, keluar dari dalam rumahnya dan mempersilahkan duduk teman-teman yang bertamu saat itu.

"Silahkan duduk pak, ya maaf ini tempatnya berantakan," katanya sembari mempersilahkan para awak media untuk duduk diamperan rumahnya. Diamperan rumah itu nampak berserakan barang-barang elektronik, rupanya Bapak itu berprofesi sebagai tukang service barang-barang elektronik dengan penghasilan Rp.15 hingga Rp.20 ribu per hari.

Setelah berbincang dan memperkenalkan diri, Bapak itu mengijinkan para awak media untuk melihat kondisi anaknya yang lumpuh dan mempersilahkan agar masuk kedalam rumhanya.

"Silahkan pak, tapi maaf didalam berantakan dan bau. Apa saya bawa anak keluar saja ya," katanya yang ditolak oleh wartawan, para Jurnalis saat itu ingin melihat langsung anak tersebut ditempat tidurnya.

Saat masuk kedalam rumah itu, rupanya bagian dalam rumah tersebut terbuat dari gedek dan sudah mulai berlobang akibat dimakan rayap. Nampak 4 tampat tidur yang terbuat dari bambu tanpa pembatas apapun didalam rumah itu. Dan didalam kamar itu baunya sangat menyengat.

Rumah itu ditinggali empat anggota keluarga, yakni Miftahol Arifin dan istrinya Hanifah (40), serta dua puterinya Nurul Amanah dan Halimatus Sakdiah (18).

Disudut kamar, diatas tempat tidur dari bambu tanpa alas, berbaring seorang anak dengan kaki mengecil, tubuhnya juga tidak normal seperti anak seusianya. Dialah Nurul Amamah yang hanya bisa tersenyum dengan kehadiran tamu wartawan saat itu.

Kepada sejumlah wartawan, Miftahor Arifin menceritakan, Nurul Amamah Lahir kembar dengan Iin Sofiana (20) yang saat ini sudah menikah dan telah ikut suaminya. Saat masih kecil, keduanya tumbuh dan berkembang secara normal, tetapi, ketika berumur 2 tahun, Nurul Amamah diserang penyakit, tubuhnya panas dan sering kejang-kejang.

"Karena sering kejang, akhirnya saya ke dokter, sekitar tahun 1996, saat itu saya diminta uang Rp.500 ribu, karena saya tidak punya akhirnya saya bawa pulang saja," katanya dengan raut wajah sedih.

Nurul akhirnya dirawat di rumahnya, karena tidak kunjung sembuh akhirnya anak kesayangannya itu dibawa berobat ke berbagai tempat pengobatan tradisonal, tetapi penyakitnya tidak kunjung sembuh.

"Saya ini kan orang tidak punya, mau dapat dari mana uang Rp. 500 ribu saat itu, jadi saya tidak bisa mengobati anak saya ke rumah sakit, tapi saya bawa berobat diluar saja," urainya. Bahkan, hingga saat ini penyakit yang diderita oleh Nurul tidak pernah diketahui.

Kendati demikian, ditengah cobaan yang dialami keluarganya itu, ia tetap Sabar dan memberikan kasih sayang kepada Nurul Amamah seperti yang diberikan kepada anak-anaknya yang lain.

Setia hari, Miftahol Arifan dan Hanifah secara bergantian memandikan, memberi makan dengan menyuapi dan merawat anaknya itu, meskipun anaknya tidak mengenali anggota keluarganya, tetapi tidak sedikitpun kasih sayangnya berkurang untuk anak malang itu.

"Harus telaten, Sabar, ya kalau mandiin, atau ngasih makan, harus berdua sama ibu," jelasnya.

Dalam kondisi itu, melihat apa yang dialami anaknya itu, saat menyuapi dan menemani anaknya untuk tidur, Ia bersama istrinya sering menangis dan sudah tidak terhitung air mata yang menetes. Dalam tangisnya itu ia selalu berdo'a agar anaknya itu diberi kesembuhan.

"Saya hanya bisa pasrah, soalnya sudah berobat dan terapi kemana-mana. Kalau ada yang mau dan membantu untuk mengobati anak saya, ya saya sangat berterima kasih," urainya dengan mata yang berkaca-kaca.

Selama ini, kata dia, ia tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk pengobatan anaknya itu. (EA/MM) (Media Madura)

Tidak ada komentar