Header Ads

stop peredaran rokok ilegal

Muharram, Tahun Baru Islam Yang dilupakan

Muharram, Tahun Baru Islam Yang dilupakan

Akh. Fawaid Ghaffar
(Dosen STIE-Bakti Bangsa Pamekasan-Madura)

A.    Lupa atau Sengaja Dilupakan

Kalender islam, Sebagian orang menyebut 1 Muharram, ada pula Menyebut 1 Hijriyah, ada pula yang kerren lagi 1 suro. Penyebutan itu hakekatnya sama. Hanya saja penyebutanya yang berbeda. Yang terpenting bukan penyembutanya, melainkan makna yang terkandung di dalamnya.

Sebab, Tak banyak dikalangan pemuda muslim, mengenal Muharram. Bahkan, nyaris tidak tahu, bahwa islam memiliki penanggalan atau kalender sendiri. Sehingga, Tak semua merayakan penyambutan tahun baru islam.

Berbeda dengan tahun baru masehi. nyaris seluruh kaum muda di nusantara ini merayakan penyambutan tahun baru masehi. dengan kemasan acara yang berbeda-beda.  mulai dari hiburan musik, berkonvoi hingga bermalam di sejumlah penggunungan dan diakhiri dengan penyulutan kembang api ke udara.

Tidak hanya itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota juga serentak merayakan kegiatan tahun baru masehi. Yang mempusatkan disetiap alun-alun Kabupaten/ kota, atau ditempat keramaian lainya.

Entah apa yang membedakan dengan tahun baru islam. Kaum muda islam seakan lupa terhadap  tahun barunya sendiri. Termasuk, Pemerintah Kabupaten/ kota, yang juga tidak serentak melakukan penyambutan tahun baru islam.

Misalnya, di jawa timur sendiri, hanya ada beberapa Kabupaten/ kota yang melakukan penyambutan 1 Muharram yang selevel dengan penyambutan 1 masehi. Misalnya, menggelar pawai obor, Karnaval, maupun kegiatan perlombaan keislaman

Tahun baru islam, tidak menuntut kaumnya untuk melakukan penyambutan yang berbau hiburan. seperti di penyambutan bulan masehi. Tetapi, paling tidak dengan beberapa kegiatan penyambutan tersebut, ada gerakan mengingatkan kepada umat muslim, akan datangnya tahun baru islam.

dengan gerakan mengingatkan tersebut, diharapkan umat muslim bisa melakukan Muhasabah atau evaluasi diri terhadap kebaikan maupun keburukan terhadap tindakan yang sudah dilalui di tahun sebelumnya. Sehingga, melalui muhasabah ini, umat muslim bisa merefleksikan sebagai momentum perubahan untuk  meningkatkan kebaikan dan meninggalkan keburukan.

B. Tradisi Muharram

Ada beberapa tradisi yang tidak terputus dan terjadi turun menuru dilakukan dalam penyambutan 1 muharram di sejumlah daerah di Indonesia. Misalnya ada tradisi ‘lampah mubeng’ di daerah istimewa yogyakarta. Tradisi ini, merupakan ritual mengelilingi kompleks keraton Yogyakarta pada malam hari. Jaraknya yang ditempuh ialah sekitar 7 Km. (webset.kemenpar.).

Terhadap peserta yang mengikuti Tradisi ini, dilarang melakukan komonikasi dengan siapapun hingga ritual selesai. Artinya, tradisi ini memiliki makna untuk melakukan perenungan atau intropeksi diri di malam tahun baru hijriyah. Serta berserah diri kepada Allah SWT.

Kedua Tradisi Tabot, di Bengkulu. Tradisi ini semacam upacara tradisional penyambutan malam tahun baru islam. Kegiatan ini, dilakukan selama 10 hari. mulai tanggal 1 Muharram hingga 10 Muharram. Tradisi ini bertujuan, untuk Saling merekatkan hubungan persaudaraan antar masyarakat.

di Madura sendiri juga ada tradisi “ter-ater tajin sorah (red-madura)”. ter-ater atau saling memberi tajin kepada kerabat dan saudara itu dilakukan, pada Tanggal 1 Muharram. Selain memiliki makna saling berbagi, ter-ater ini juga sebagai tali perekat untuk menyambungkan rasa persaudaraan antar tetangga, kerabat, saudara masyarakat madura.

Tradisi-Tradisi itu hanya sebagian. Masih banyak tradisi-tradisi lain di sejumlah daerah di Indonesia, untuk memberikan kenangan terhadap penyambutan tahun baru islam.

Tradisi-tradisi Penyambutan 1 Muharram itu. memiliki esensi yang sama yakni proses evaluasi diri dan menyambung rasa kebersamaan untuk saling mengingatkan antar sesama umat muslim Indonesia.

B.     Muharram, Momentum Hijrah Ke Kebaikan

Tahun baru islam, sederhanya ialah hijrah dari keburukan terhadap kebaikan. Bagi pemuda ada beberapa yang perlu direnungi dalam momentum tahun baru hijriyah. Diantaranya,

1.      Semula Malas Berkreatifitas, Menjadi Semangat Ber-Kreatifitas

Momentum hijriyah seharusnya dijadikan momentum untuk hijrah dari semula malas untuk berkreatifitas, menjadi semangat untuk berkretifas. Setiap pemuda bangsa, sebetulnya memiliki potensi yang besar. Namun kadang potensi itu tidak dikembangkan, karena kita diserang penyakit malas untuk berkreatifitas.

Kadang sebagian kita bertanya kepada diri kita, apa kreatifitas atau potensi yang perlu dikembangkan?. Pertanyaan itu, sering di ungkapkan kaum muda saat ini. ia kebingungan untuk menentukan potensi yang berpeluang untuk dikembangkan. 

Karena bingun untuk menentukan potensi yang dimiliki. Sehingga, waktu kita justru dihabiskan untuk memikirkan kebingungan potensi. Bukan, justru segera berbuat untuk berkreatifitas, guna menentukan sikap, segera menumbuhkan potensi yang layak untuk dikembangkan.

2. Hijrah Dari Tak Punya Mimpi, Menjadi Punya Cita-Cita

Hijrah dari tak punya mimpi yang dimaksud, buka mimpi dalam tidur yang biasa dinikmati manusia. melainkan membuat mimpi untuk meraih kesuksesan dengan cita-cita di masa selanjutnya.

Setiap pemuda mesti memiliki mimpi atau cita-cita. Seperti yang sering dirasakan, saat kita masih di tingkat taman kanak-kanak atau sekolah dasar.  guru-guru atau orang tua kita, bertanya. Apa cita-citamu? Diantara kita pasti menjawab! Akan menjadi dokter, guru, bidan, kepala desa dan cita-cita lainya.

dari mimpi itu, haruslah kita betul-betul berusaha untuk mencari jalan, agar bisa menggapainya. Sebab, tak jarang kesuksesan itu, harus diawali dengan mimpi besar. Seperti kata pepatah,”raih kesuksesanmu, dengan mimpi”

3. Hijrah Dari Malas Membuka Buku, Menjadi Senang Membaca Buku

Sudah sering kita dengar, buku adalah jendala dunia, kuncinya ialah membaca. Dengan membaca buku, wawasan pengetahuan, wawasan penulisan kalimat, dan wawasan penyampaian akan mudah kita dapatkan.

Kita sadar, Pekerjaan paling membosankan, selain menunggu, ialah membaca dan menulis. Hoby membaca dan menulis tidak semua orang menggelutinya. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki kebiasaan membaca dan menulis.

Padahal mamfaat dari membaca, seperti yang dijelaskan diatas. Tidak hanya sekedar mengetahui, jawaban terhadap tugas kuliah ataupun tugas sekolah yang diminta guru atau dosen. Lebih dari pada itu, ialah ada mamfaat besar berupa penambahan wawasan pengetahuan, yang sebelumnya tidak diketahui, karena membaca bisa mengetahui.

Melalui membaca buku, kita juga akan menambah wawasan dalam penulisan kalimat. Secara tidak langsung dengan membaca, kita akan mempelajari tata cara bahasa Indonesia yang baik. Bagaimana tata cara membuat kalimat yang baik, dan kalimat-kalimat yang harus di hindari.

Selanjutnya, wawasan penyampaian. Semakin banyak membaca buku, semakin banyak pula, bank-bank kalimat yang perlu disampaikan, saat memberikan sambutan, pidato atau menjadi nara sumber. Sehingga, mulai hari ini bersegeralah untuk membaca buku.

4. Hijrah Dari Bolong-Bolong Sholat, Menjadi Rajin Sholat

Dari semua momentum hijriyah tersebut, ada yang sangat penting untuk kita lakukan. Yakni melalui momentum hijriyah ini,  ialah meningkatkan ibadah sholat dan menyempurnakanya dengan sholat berjemaah.

Tidak ada alasan, untuk berhenti sholat. Ibadah sholat, diharapkan tidak hanya dijadikan rutinitas untuk memenuhi kewajiban semata. Lebih dari pada itu, sholat harus dijadikan kebutuhan rutin kehidupan kita. Sama dengan ketika kita tidak makan, maka tubuh kita menjadi lemah. Sholatpun sama, harus dijadikan kebutuhan.

5. Hijrah Dari sering menyakiti Orang tua, Menjadi Tunduk

Terlalu banyak pekerjaan menyakitkan kepada orang tua yang diperbuat kita. Namun, kita jarang menyadarinya. Jika orang tua disakiti, mungkin lebih banyak dipedam. Sebaliknya, jika kita sendiri disakiti orang tua, dengan mudah kita tumpahkan dengan perlawanan. Hingga, orang tua kita meniteskan air mata.

Momentum hijriyah, harus dijadikan momentum minta maaf kepada orang tua, atas hal-hal yang sudah membuat orang tua sakit. Selanjutnya, seluruh apa yang diinginkan orang tua, kita harus tunduk. dan tidak melawan, jika orang tua memarahinya. Sesungguhnya, kemarahan orang tua itu, ialah saran kepada kita, untuk berbuat lebih baik.

Kesimpulan

Jadikanlah Momentum tahun baru islam, sebagai tahun intropeksi diri. untuk memperbaiki hal-hal keburukan yang dilakukan di tahun sebelumnya, menjadi kebaikan.

Tulisan ini hanyalah sumbangan pengalaman penulis yang pernah dialami. Mudahah-mudahan menjadi bahan renungan, dan ada mamfaat kepada pembaca tulisan ini. kekurangan murni karena penulis, kelebihan hanyalah Karena Allah Swt.

Tidak ada komentar