Bahasa Madura Mulai Ditinggalkan, Mahasiswa Demo
Pamekasan, 4/11 - Bahasa Madura yang merupakan bahasa daerah sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya. Hal itu mengundang simpati dari mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Kembhang Malathe.
Mahasiswa dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan itu menggelar aksi unjuk rasa di munomen arek lancor sisi selebelah selatan pada Senin (03/11/14) pagi, untuk mengajak masyarakat Madura agar kembali berbahasa Madura.
Dalam orasinya yang menggunakan bahasa Madura, kordintaor aksi itu Sholeh mengatakan, seharusnya bahasa Madura tetap dilestarikan ditengah kemajuan zaman, dan tidak boleh ditinggalkan.
Dikatakan, Bahasa Madura adalah karya para leluhur dan nenek moyong warga Madura, dan saat ini warga seolah tidak bangga menggunakannya, sehingga harus diselamatkan.
Selain berorasi menggunakan bahasa Madura, mahasiswa juga membagi-bagikan selebaran dengan bahasa Madura, kepada pengguna jalan yang melintas di sekitar munomen arek lancor.
Sementara itu, Bupati Pamekasan juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi bahasa Madura yang saat ini sudah mulai ditinggalkan, bahkan, kata dia, tidak sedikit anak-anak Madura yang tidak bisa berbahasa Madura.
Untuk mengatasi hal itu, pihaknya akan membuat dan merumuskan kurikulum sekolah yang bermuatan lokal bahasa Madura. "Dalam momentum hari jadi Kabupaten Pamekasan ini, kami anjurkan selama satu minggu menggunakan bahasa Madura, karena bahasa Madura itu tidak hanya untuk dipelajari saja, tetapi perlu untuk dibiasakan penggunaannya. Utamanya dalam lingkungan keluarga, agar bahasa Madura tetap lestari," harapnya.(EA/MM) (Media Madura)
Mahasiswa dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan itu menggelar aksi unjuk rasa di munomen arek lancor sisi selebelah selatan pada Senin (03/11/14) pagi, untuk mengajak masyarakat Madura agar kembali berbahasa Madura.
Dalam orasinya yang menggunakan bahasa Madura, kordintaor aksi itu Sholeh mengatakan, seharusnya bahasa Madura tetap dilestarikan ditengah kemajuan zaman, dan tidak boleh ditinggalkan.
Dikatakan, Bahasa Madura adalah karya para leluhur dan nenek moyong warga Madura, dan saat ini warga seolah tidak bangga menggunakannya, sehingga harus diselamatkan.
Selain berorasi menggunakan bahasa Madura, mahasiswa juga membagi-bagikan selebaran dengan bahasa Madura, kepada pengguna jalan yang melintas di sekitar munomen arek lancor.
Sementara itu, Bupati Pamekasan juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi bahasa Madura yang saat ini sudah mulai ditinggalkan, bahkan, kata dia, tidak sedikit anak-anak Madura yang tidak bisa berbahasa Madura.
Untuk mengatasi hal itu, pihaknya akan membuat dan merumuskan kurikulum sekolah yang bermuatan lokal bahasa Madura. "Dalam momentum hari jadi Kabupaten Pamekasan ini, kami anjurkan selama satu minggu menggunakan bahasa Madura, karena bahasa Madura itu tidak hanya untuk dipelajari saja, tetapi perlu untuk dibiasakan penggunaannya. Utamanya dalam lingkungan keluarga, agar bahasa Madura tetap lestari," harapnya.(EA/MM) (Media Madura)
Post a Comment