Pamekasan Kelola Sampah TPA Jadi Gas
Pamekasan - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, kelola sampah dari tempat pembuangan akhir sampah (TPA) sampah, di Desa Angsanah, Kevamatan Palengaan, menjadi gas.
Program tersebut dilakukan sebagai uji coba agar sampah bisa bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat sekitar lokasi TPA sampah. Bahkan juga sudah dilakukan uji coba di enam rumah warga dan bisa digunakan untuk kegiatan memasak sehari-hari.
"Saat ini sudah hidup, cuma bagaimana nanti dilakukan penyalurannya lebih jauh dan pastinya bermanfaat bagi masyarakat di sekitar lokasi TPA," kata Muharram, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang (PU Cikatarung) Pamekab Pamekasan, Jum'at (17/4/2015).
Diakuinya, gas yang keluar dari proses olahan sampah tersebut memang terbilang kecil. Tetapi hal itu sudah dilakukan sejumlah perbaikan. "Gas ini tekanannya masih kurang, sebab kalau musim penghujan untuk gasnya memang akan mengecil. Tapi kalau musim panas, gasnya akan besar," ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan, gas tersebut merupakan hasil dari pengolaan sampah yang sudah bertumpuk selama bertahun-tahun. Selanjutnya dilakukan penggalian dengan kedalaman sekitar 4 hingga 4,5 meter, yang terdiri dari sampah organik dan anorganik. "Tujuan pertama menghindari kebakaran sampah akibat gas mitannya, lebih-lebih pada musim kemarau," jelasnya.
"Ini kita anggarkan sekitar Rp 100 juta per unit. Kalau pengelolaan jadi gas itu merupakan tujuan jangka panjang," pungkasnya. [pin/but] (beritajatimcom)
Program tersebut dilakukan sebagai uji coba agar sampah bisa bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat sekitar lokasi TPA sampah. Bahkan juga sudah dilakukan uji coba di enam rumah warga dan bisa digunakan untuk kegiatan memasak sehari-hari.
"Saat ini sudah hidup, cuma bagaimana nanti dilakukan penyalurannya lebih jauh dan pastinya bermanfaat bagi masyarakat di sekitar lokasi TPA," kata Muharram, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang (PU Cikatarung) Pamekab Pamekasan, Jum'at (17/4/2015).
Diakuinya, gas yang keluar dari proses olahan sampah tersebut memang terbilang kecil. Tetapi hal itu sudah dilakukan sejumlah perbaikan. "Gas ini tekanannya masih kurang, sebab kalau musim penghujan untuk gasnya memang akan mengecil. Tapi kalau musim panas, gasnya akan besar," ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan, gas tersebut merupakan hasil dari pengolaan sampah yang sudah bertumpuk selama bertahun-tahun. Selanjutnya dilakukan penggalian dengan kedalaman sekitar 4 hingga 4,5 meter, yang terdiri dari sampah organik dan anorganik. "Tujuan pertama menghindari kebakaran sampah akibat gas mitannya, lebih-lebih pada musim kemarau," jelasnya.
"Ini kita anggarkan sekitar Rp 100 juta per unit. Kalau pengelolaan jadi gas itu merupakan tujuan jangka panjang," pungkasnya. [pin/but] (beritajatimcom)
Post a Comment