UMKM tak tersentuh Bantuan Pemerintah
Usaha Permebelan, Milik Maklum Totok Iswandi, 50, Warga Dusun Arsojih, Desa pangendingan Kecamatan Galis Pamekasan, yang bergerak sejak tahun 1987, hingga kini belum tersentuh bantuan modal usaha maupun peralatan pertukangan dari pemerintah daerah, pemerintah Propinsi maupun pemerintah Pusat.
Akibatnya, Maklum, sapaan Akrabya, harus bertatih-tatih untuk menjalankan usaha permebalanya. Karena keterbatasan modal dan peralatan pertukangan yang masih sederhana dan menggunakan alat tradisonal. Sehingga, tidak banyak yang bisa digarabnya. Untuk tetap mempertahankan usahanya dengan modal terbatas, Maklum memiliki cara sendiri, yakni membeli kayu kepada pengusaha kayu, namun pembayaranya, tidak menggunakan uang, melainkan dibayar dengan menjual barang, hasil permebelanya kepada penjual kayu. Sehingga, usaha permebelan maklum tetap bertahan.
Cara yang kedua, yakni bagi pemesan barang harus membayar uang muka terlebih dahulu. Karena, kalau langsung menggarap barang yang dipesan, maklum, kekurangan modal.
Selama maklum begerak di bidang permebelan, hanya satu kali dirinya melakukan pinjaman modal ke salah satu Bank di Pamekasan, sebesar Rp.5 Juta. Kala itu, pesanan pembuatan kursi dan meja cukup banyak. Tetapi, sampai saat ini maklum harus menyicil setiap bulanya.
Maklum biasa menjual barang-barangnya tersebut, diantaranya kalau Kursi santai dijual seharga Rp. 650.000,- Kursi Sofa Rp. 3.500.000, Lemari satu paket dengan bufet Rp. 3 juta. difan Rp.1.500.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Herman Priyanto, mengaku, tidak ada bantuan usaha modal bagi home industri. Kecuali, usaha tersebut, terdiri dari kelompok, dan membuat sebuah koperasi.
Lebih lanjut dikatakan Herman, bantuan terhadap UKM, hanya berupa tenda bagi pedangan kaki lima yang ada di Pamekasan.Termasuk pula kata Herman, bantuan peralatan pertukangan, juga tidak ada dalam usulan program tahun 2014 mendatang.
Akibatnya, Maklum, sapaan Akrabya, harus bertatih-tatih untuk menjalankan usaha permebalanya. Karena keterbatasan modal dan peralatan pertukangan yang masih sederhana dan menggunakan alat tradisonal. Sehingga, tidak banyak yang bisa digarabnya. Untuk tetap mempertahankan usahanya dengan modal terbatas, Maklum memiliki cara sendiri, yakni membeli kayu kepada pengusaha kayu, namun pembayaranya, tidak menggunakan uang, melainkan dibayar dengan menjual barang, hasil permebelanya kepada penjual kayu. Sehingga, usaha permebelan maklum tetap bertahan.
Cara yang kedua, yakni bagi pemesan barang harus membayar uang muka terlebih dahulu. Karena, kalau langsung menggarap barang yang dipesan, maklum, kekurangan modal.
Selama maklum begerak di bidang permebelan, hanya satu kali dirinya melakukan pinjaman modal ke salah satu Bank di Pamekasan, sebesar Rp.5 Juta. Kala itu, pesanan pembuatan kursi dan meja cukup banyak. Tetapi, sampai saat ini maklum harus menyicil setiap bulanya.
Maklum biasa menjual barang-barangnya tersebut, diantaranya kalau Kursi santai dijual seharga Rp. 650.000,- Kursi Sofa Rp. 3.500.000, Lemari satu paket dengan bufet Rp. 3 juta. difan Rp.1.500.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Herman Priyanto, mengaku, tidak ada bantuan usaha modal bagi home industri. Kecuali, usaha tersebut, terdiri dari kelompok, dan membuat sebuah koperasi.
Lebih lanjut dikatakan Herman, bantuan terhadap UKM, hanya berupa tenda bagi pedangan kaki lima yang ada di Pamekasan.Termasuk pula kata Herman, bantuan peralatan pertukangan, juga tidak ada dalam usulan program tahun 2014 mendatang.
Post a Comment